TUGAS
PENGETAHUAN BAHAN
Pengaruh
Proses Pengolahan Terhadap Sifat Fisik Dendeng Giling
I. DESkRIFSI
A. Deskripsi Daging
Daging adalah urat yang melekat pada
kerangka kecuali urat dari bagian bibir, hidung dan telinga dari hewan yang
sehat sewaktu dipotong. Daging terdiri dari otot, jaringan penghubung dan
jaringan lemak. Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi
disamping telur, susu dan ikan. Daging mengandung protein, lemak, mineral, air
serta vitamin dalam susunan yang berbeda tergantung jenis makanan dan jenis
hewan.
Hewan yang berbeda mempunyai
komposisi daging yang berbeda pula. Komposisi daging terdiri dari 75% air, 18%
protein, 4% protein yang dapat larut (termasuk mineral) dan 3% lemak. Ternak
rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan hewan) 55%, macam-macam hasil
sampingan 9%, kulit 6% dan bahan lainnya 30%. Daging yang baik ditentukan oleh
warna, bau, penampakan dan kekenyalan. Semakin daging tersebut lembab atau
basah serta lembek (tidak kenyal) menunjukan kualitas daging yang kurang baik.
Pengolahan daging merupakan suatu cara menyimpan
daging dalam jangka waktu lebih lama
serta untuk memperbaiki nilai tambah daging dan juga untuk memperbaiki mutu
suatu daging. Tujuan pemanasan adalah menjaga ketahanan terhadap
serangan jamur (kapang), bakteri, virus dan kuman agar daging tidak mudah
rusak. Ada beberapa cara proses
pengolahan daging yaitu pendinginan, pelayuan, pengasapan,
pengeringan, pengalengan dan pembekuan.
Sebaiknya daging hewan yang baru saja
disembelih tidak cepat-cepat dimasak, tetapi ditunggu beberapa lama atau
dilayukan terlebih dahulu. Untuk daging sapi atau daging kerbau dapat dimasak
sesudah pelayuan selama 12-24 jam, daging kambing, domba, babi sesudah 8-12
jam, sedangkan untuk daging pedet (anak sapi) sesudah 4-8 jam. Usaha pengawetan
daging diperlukan untuk memenuhi selera atau kebutuhan konsumen serta
mempermudah dalam pengangkutan.
Pengolahan dengan cara pengeringan dilakukan dengan penambahan garam, gula dan
bahan kimia seperti nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). Penambahan
garam, untuk pengawetan daging kira-kira sepersepuluh dari berat daging. Disamping
sebagai pengawet, garam juga berfungsi sebagai penambah rasa. Penambahan gula juga
dimaksudkan sebagai penambahan rasa pada bahan yang diolah. Untuk melunakkan
daging sebelum diolah, daging dibungkus dengan daun pepaya yang mengandung
enzim papain atau dilumuri dengan parutan buah nenas yang mengandung enzim
bromolin.
Contoh hasil olahan dan pengawetan
daging adalah abon, dendeng sayat, dendeng giling, dendeng ragi, daging asap,
kornet, sosis dan sebagainya. Dendeng giling adalah daging yang digiling berupa
lembaran tipis dan diberi bumbu, kemudian dikeringkan. Pembuatan dendeng giling
tidak memerlukan daging yang berkualitas baik.
B. Deskrifsi Dendeng
Dendeng merupakan salah satu bentuk olahan daging yang bersifat
tradisional, yang sudah dikenal dan dikerjakan oleh masyarakat Indonesia sejak
lama, rasa dan aromanya yang khas serta sesuai dengan selera masyarakat
menyebabkan dendeng digemari secara luas, yang dibuat dengan membuat irisan
daging dengan ketebalan tertentu dan menambahkan bumbu, garam, dan gula, kemudian
dikeringkan.
Ditinjau dari cara pembuatannya, dendeng dapat dikelompokkan menjadi
2 macam, yaitu dendeng sayat dan dendeng giling. Dendeng sayat adalah daging
yang disayat tipis-tipis, direndam dalam bumbu (ketumbar, bawang putih,
lengkuas, asam, gula, dan garam), kemudian dikeringkan. Dendeng giling adalah
daging yang digiling, ditambahkan dengan bumbu-bumbu (ketumbar, bawang putih,
lengkuas, asam, gula, dan garam), dicetak dalam bentuk lembaran-lembaran tipis
kemudian dikeringkan
Dendeng sayat mempunyai rasa yang lebih lezat dibandingkan dendeng
giling, sedang kerugiannya adalah harus menggunakan daging yang lebih bagus,
utuh, agar bisa diiris, sehingga harganya lebih mahal, sedang dendeng giling
bisa menggunakan potongan-potongan daging yang kecil atau tidak beraturan
kemudian bisa digiling.
Bahan baku dendeng umumnya berasal dari daging sapi, yang dikenal
dengan produk dendeng sapi, tetapi daging unggas (ayam, itik, puyuh afkir) bisa
digunakan sebagai bahan baku pembuatan dendeng giling. Daging ayam bisa
didapatkan dengan mudah di pasar tradisional dengan harga yang lebih murah bila
dibandingkan daging sapi, dan selalu tersedia karkasnya bila dibandingkan jenis
unggas yang lain, sehingga pemanfaatan daging ayam sebagai produk dendeng ayam
giling tidak akan kesulitan terhadap bahan bakunya, harganya pasti lebih murah
dari dendeng sapi, disamping itu bahwa daging ayam mengandung tinggi
protein 23,2%, rendah lemak 1,6 %,
mineral 0,98 %, dan besi 0,07% (Anonimus, 1999), dan komposisi asam lemak tidak
jenuh lebih tinggi, serta rendah asam lemak jenuh dibanding daging sapi
Bumbu yang digunakan dalam pembuatan dendeng adalah : Ketumbar,
bawang putih, lengkuas, asam, garam, dan gula. Proses pembuatan dendeng ini
belum dibakukan, sehingga tidak ada standar tertentu. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya variasi produk, baik dari kualitas maupun daya simpan.
Ciri-ciri dendeng yang baik adalah warna dendeng merah coklat sampai coklat,
bersih, aromanya sedap, tekstur tidak liat, agak kering, dan rasa agak manis
dan gurih.
Kualitas dendeng ditentukan oleh bahan baku dan bahan lain yang
ditambahkan, seperti pemanfaatan nangka muda, dan bunga pisang, yang
akhir-akhir banyak dikerjakan oleh masyarakat, untuk mengurangi beaya produksi
dendeng. Nangka muda (Gori/Tewel bahasa Jawa) merupakan jenis buah yang dapat
digunakan sebagai bahan baku berbagai macam masakan yang lezat, seperti gudeg
Yogya yang sangat terkenal di Indonesia, sayur lodeh, sayur asem, dan masakan
tradisional dari berbagai daerah di Indonesia lainnya, sehingga perlu diteliti
pemanfaatan buah nangka muda dalam pembuatan dendeng ayam giling.
Keuntungan produk dendeng ayam dengan penambahan buah nangka muda
antara lain adalah : menambah keaneka ragaman pengolahan daging ayam dengan
kombinasi buah nangka muda, meningkatkan daya simpannya, menghemat tempat
penyimpanan, memudahkan distribusi. Kerugian produk dendeng adalah terjadinya
perubahan pencoklatan non enzymatis
(reaksi Maillard) yaitu reaksi antara
asam amino daging dengan gugus karbonil yang berasal dari gula atau karbohidrat
lainnya, yang bisa mengakibatkan terjadinya perubahan rasa dan flavor pada
dendeng yang menyebabkan kurang disukai konsumen.
Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu
Dendeng Sapi (SNI 01-2908-1992)
|
Jenis Uji
|
Persyaratan
|
|
|
Mutu I
|
Mutu II
|
|
|
Warna dan bau
|
Khas dendeng
|
Khas dendeng
|
|
Kadar air (berat/berat basah)
|
Maks 12%
|
Maks 12%
|
|
Kadar Protein (Berat/bahan kering)
|
Min 30%
|
Min 25%
|
|
Abu (Berat/bahan kering)
|
Maks 1%
|
Maks 1%
|
|
Benda asing (Berat/bahan kering)
|
Maks 1%
|
Maks 1%
|
|
Kapang dan serangga
|
Tidak Nampak
|
Tidak Nampak
|
Sumber : Dewan Standardisasi Nasional
(1992).
C. Prinsip Pengolahan Tradisional
Prinsip pengolahan dendeng giling
secara tradisional adalah :
1. Giling daging sapi yang telah dicuci bersih
lalu dicincang sampai halus.
2. Campur dengan bumbu yang telah dihaluskan, kemudian
buat menjadi lembaran tebal kira-kira 3 mm dengan cara mengepresnya dengan kayu
bundar atau botol.
3. Susun pada rak bambu yang dilapisi dengan
merang bersih.
4. Keringkan dibawah sinar matahari selama 3-5
hari.
5. Kemas dalam kantong plastik.
II. Analisis
dan Pembahasan
a.
Warna
Dendeng Giling Daging Sapi
Warna adalah salah satu faktor untuk menarik keinginan konsumen
untuk mengkonsumsi produk yang dihasilkan. semakin lama penyimpanan maka warna dendeng giling daging sapi akan
semakin coklat kehitaman. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari proses curing atau pengolahan selama
pencampuran bahan terhadap pembuatan dendeng giling daging sapi sehingga
semakin lama penyimpanan maka warna pada dendeng akan semakin mengalami
pencoklatan dan warna menjadi gelap. Hal ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Anonim
(2008) bahwa pengaruh proses curing selama pencampuran bahan terhadap pembuatan dendeng dapat
meningkatkan warna menjadi gelap, sehingga semakin lama penyimpanan maka warna
pada dendeng akan semakin mengalami pencoklatan dan warna menjadi gelap.
Penambahan nanas pada proses pembuatan dendeng giling dengan tingkat penambahan nanas 10% menghasilkan warna dendeng giling coklat
kehitaman dibandingkan
dengan tingkat penambahan nanas 5%. Hal ini dikarenakan pada tingkat penambahan nanas 10% enzim bromelin yang
terkandung pada nanas semakin banyak oleh karna itu dapat meingkatkan warna
kecoklatan. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya reaksi millard yang
terjadi yaitu gugus karbonil dari gula reduksi bereaksi
dengan gugus amino dari protein daging dan asam-asam amino secara non
enzimatik, dan hasil reaksinya menimbulkan warna coklat gelap terhadap panas sehingga mengakibatkan warna dendeng
menjadi coklat kehitaman. Semakin tinggi tingkat penambahan nanas warna pada dendeng giling akan
semakin gelap karena akibat dari proses pembuatan yang menggunakan gula merah
dan saat penggorengan terjadi reaksi panas terhadap gula sehingga mengakibatkan
warna dendeng menjadi gelap (coklat kehitaman). Hal ini mendukung pernyataan
yang dikemukakan oleh Nursiam
(2010) bahwa warna gelap yang terjadi pada dendeng diakibatkan oleh adanya
reaksi antara gula terhadap panas pada saat dilakukan penggorengan. Lebih
lanjut Soeparno
(2005) bahwa enzim bromelin yang terkandung pada nanas dapat
meingkatkan warna kecoklatan. Hal tersebut bisa terjadi juga karena terjadinya reaksi millard yaitu
gugus karbonil dari gula reduksi bereaksi dengan gugus amino dari protein
daging dan asam-asam amino secara non enzimatik, dan hasil reaksinya
menimbulkan warna coklat gelap.
b.
Keempukan Dendeng Giling
Daging Sapi
Keempukan merupakan faktor utama dalam penilaian daging yang
mempengaruhi selera konsumen. Semakin mudah daging tersebut dikunyah dan jumlah
residu yang tertinggal semakin sedikit sisa daging selama pengunyahan berarti daging semakin
empuk. dendeng giling dengan lama
penyimpanan
mempengaruhi keempukan dendeng giling dan sifat keempukan saat penetrasi pada gigi yang
mudah dikunyah. Hal ini disebabkan
karena semakin lama penyimpanan dendeng giling akan semakin empuk karena selama
penyimpanan dendeng mengalami perubahan-perubahan secara fisik yang dapat
mengempukkan daging serta karena adanya pencampuran bahan lain yang dapat
membuat dendeng semakin empuk pada saat disimpan selama 4 minggu. Hal ini
mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Lawrie (1974) bahwa lama penyimpanan
juga berpengaruh terhadap keempukan yang dihasilkan, keempukan dapat diketahui dengan
kemudahan awal penetrasi gigi ke dalam daging, mudahnya daging dikunyah
menjadi pigmen potongan-potongan kecil.
Penambahan nanas juga dapat
mempengaruhi keempukan dendeng
giling. Hal ini dikarenakan penambahan nanas dapat menyebabkan enzim bromelin yang terkandung pada nanas
semakin banyak oleh karena itu dapat meingkatkan keempukan dendeng dan enzim
bromelin pada nanas dapat memecah protein daging untuk mengempukkan daging. Hal ini mendukung pendapat Rahayu (2004) dalam Mardiana (2011) bahwa
enzim bromelin berfungsi sebagai pengempuk pada daging yang mampu menguraikan
serat-serat daging, sehingga daging menjadi lebih empuk. Selain itu proses
penggilingan daging juga dapat mengempukkan daging.
c.
Flavor (Cita Rasa) Dendeng
Giling Daging Sapi
Flavor/cita rasa adalah sensasi yang kompleks,
melibatkan bau dan rasa/taste, tekstur, suhu dan pH dari semua ini, bau adalah
yang paling penting. Evaluasi bau dan rasa sangat
tergantung pada panel cita rasa (Lawrie, 2003). Semakin lama dendeng giling disimpan maka nilai rata-rata flavor (cita
rasa) akan semakin meningkat walaupun nilai rata-rata flavor pada minggu ke-3
lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata flavor (cita rasa) pada minggu
ke-4. Hal ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan dendeng giling daging sapi dapat mempengaruhi
nilai rata-rata flavor/cita rasa. Lama penyimpanan
mempengaruhi cita rasa pada produk olahan dendeng giling daging sapi.
Hal ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh
Soeparno (1992) bahwa flavor dan aroma daging adalah sensasi
yang kompleks dan saling terkait. Flavor melibatkan
bau, rasa, tekstur, temperatur, dan pH. Sensasi rasa yang dominan adalah pahit,
manis asin, dan asam. Perubahan peningkatan nilai
rata-rata flavor (cita rasa) organoleptik selama
penyimpanan daging kering dapat terjadi karena adanya reaksi Maillard yaitu gugus
karbonil dari gula reduksi bereaksi dengan gugus amino dari protein daging dan
asam-asam amino secara non enzimatik.
Hal ini berarti bahwa dendeng giling dengan
penambahan nanas 10% memiliki rasa yang agak lemah aroma daging. Semakin tinggi tingkat penambahan nanas maka flavor yang dihasilkan akan semakin
lemah rasa dagingnya. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat penambahan nanas sehingga dapat merubah cita rasa/flavor
dendeng. Hal ini mendukung pendapat Ferial (2010) dan Mardiana (2011) bahwa semakin tinggi taraf nanas yang ditambahkan pada
dendeng maka akan semakin terasa nanas, sebaliknya semakin rendah taraf nanas
maka semakin terasa daging.
Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lama penyimpanan tidak dipengaruhi oleh tingkat
penambahan nanas terhadap intensitas flavor/cita rasa dendeng giling daging
sapi, tapi berpengaruh nyata terhadap tingkat penambahan nanas dan lama penyimpanan dendeng giling daging sapi.
d.
Kesukaan Dendeng Giling Daging Sapi
Kesukaan tergolong dalam
kenikmatan yang diperoleh saat mencicipi produk olahan dendeng giling tersebut.
Penilaian kesukaan dilakukan untuk melihat respon panelis terhadap produk yang
dihasilkan. Nilai yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kesukaan pada lama penyimpanan 1-2 minggu
lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata kesukaan pada lama penyimpanan
3-4 minggu. Hal ini dapat dilihat dari respon panelis pada uji organoleptik
warna, keempukan, cita rasa, kesukaan konsumen terhadap
dendeng dipengaruhi oleh lama
penyimpanan dendeng. Semakin lama penyimpanan respon panelis terhadap tingkat kesukaan semakin
menurun. Hal ini dikarenakan pada
penyimpanan 1-2 minggu dendeng belum mengalami perubahan secara fisik. Hal ini
sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soeparno
(1992) bahwa
perubahan organoleptik selama penyimpanan yang mengakibatkan semakin lama disimpan akan semakin renda nilai
organoleptik yang di hasilkan terutama pada tingkat kesukaan.
Dendeng giling dengan penambahan nanas 10%
mencapai nilai yang baik. Hal
ini disebabkan karena buah nanas yang memiliki rasa dan aroma yang khas yang
sangat disukai oleh konsumen karena buah
nanas banyak memiliki manfaat dan kegunaan bagi mahluk hidup. Hal ini mendukung pernyataan Ferial (2010) dalam Mardiana (2012)
bahwa hal tersebut disebabkan
karena buah nanas memiliki rasa dan aroma yang sangat disukai oleh konsumen,
selain itu nanas juga sering digunakan sebagai bumbu masakan karena rasanya
yang khas.
|
|
- Neraca bahan.
![]() |
Dendeng giling 2kg
|
- Rendemen
Rendemen = 
Rendemen = 
Rendemen = 1,6
Parameter yang Diukur
1. Uji
Organoleptik
Pada
penelitian ini parameter organoleptik yang akan diamati yaitu warna, keempukan,
flavor, tekstur dan uji kesukaan yang akan dilakukan oleh 10 panelis. Panelis
sebelumnya dilatih mengenal sifat organoleptik yang akan diujikan. Penilaian
menggunakan uji skala dengan angka 1 sampai 6 seperti terlihat sebagai berikut
:
a.
|
b.
|
c.
|
d.
|
III. RINGKASAN
Dari hasil yang didapatkan maka dapat disimpulkan :
1. Semakin lama penyimpanan dendeng giling
daging sapi dapat meningkatkan warna, keempukan, flavor (cita rasa), tetapi lama penyimpanan
menurunkan kesukaan terhadap dendeng giling daging sapi.
2. Tingkat penambahan nanas nyata meningkatkan warna, keempukan, dan kesukaan,
tetapi tingkat penambahan nanas menurunkan flavor (cita rasa) terhadap dendeng
giling daging sapi.
3. Dendeng giling yang disimpan selama
4 minggu dengan penambahan nanas 10% dapat mempertahankan kualitas dendeng
giling daging sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ferial.
A. 2010. Pengaruh lama pengeringan dan level penambahan nanas (Ananas comosus)
terhadap kualitas dendeng giling daging sapi. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Mardiana,.
2011. Pengaruh ketebalan yang berbeda dan tingkat penambahan nanas (Ananas
comosus) terhadap kualitas dendeng giling daging sapi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Nursiam,
I. 2010. Pembuatan Dendeng Daging Sapi.
Intannursiam’s blog. Diakses Desember 2012.
Soeparno.
2005. Ilmu dan Teknologi
Daging. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Anonim. 2008. Karakteristik Daging. Blog at
WordPress.com. http://www.urlseek. vmn.netsearch.php?type=dns&tbn=photopos2_0dn&q=http://produkkelapa.wordpress.com/.Diakses 13 Juni 2012.
Rahayu. 2009. Pembuatan Dendeng.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kenapa hurufnya tidak pakai huruf yg mudah di baca??
BalasHapus